Kamis, 27 Februari 2014
FF MyungEun (Myungsoo Naeun) Last Rose For You
Title: Last Rose for You
Author: Rizki Indriyani
Cast:
- Naeun A-Pink as Son Naeun
- L Infinite as Kim Myungsoo
Genre: Romance, sad
Ratting: T
Lenght: Oneshoot
Author note: annyeong... hari ini aku bawain lagi FF MyungEun nih ^_^ dilihat dari statistik sih bnyak yg buka. Tapi responnya gak ada sama sekali :-( please kasih komentar tentang FF yang aku buat. Saran kalian berarti banget buat aku. SAY NO TO SILENT READERS!!! NO COPAS AND PLAGIAT!!!
Son Naeun... Ia seorang gadis yang cantik dan manis. Tingkahnya yang lucu selalu membuat semua orang tertawa.
Namun dibalik semua itu ia menyimpan sebuah rasa sakit yang telah menyerangnya selama 3 bulan terakhir. Ia menderita penyakit kanker hati. Setiap hari ia selalu muntah darah atau mimisan. Dokter meprediksi umurnya hanya tersisa 9 minggu lagi. Dan disisa umurnya ia masih bisa tersenyum walau rasa sakit kadang menyerangnya.
Naeun sangat menyukai bunga mawar. Setiap hari ia selalu merawat bunga-bunga mawar merah yang tumbuh dipekarangan rumahnya. Setiap pagi ia selalu mencium harum bunga tersebut. Baginya harum bunga mawar merupakan semangat hidupnya.
Suatu hari ada penghuni baru dirumah yang berada di seberang rumahnya. Naeun yang setiap pagi merawat bunga-bunga mawarnya melihat kesibukan dirumah tersebut. Ia pun berjalan menuju rumah itu berniat untuk menyapa mereka.
"Annyeong hasseyo..." Sapa Naeun ramah dengan senyum mengumbar.
"Ah nde Annyeong hasseyo." jawab ahjumma pemilik rumah itu dengan ramah.
"Ahjumma berasa darimana?" tanya Naeun sopan.
"Kami asli orang Seoul tapi karena pekerjaan suamiku kami pindah kemari." jawab ahjumma ramah Naeun tersenyum manis. Ia melihat seorang namja yang seumuran dengannya.
"Ahjumma... Apa ia putramu?" tanya Naeun.
"Ah... Nde. Dia putraku. Sepertinya dia seumuran denganmu. Myungsoo-yah!!" ahjumma memanggil anaknya. Kim Myungsoo. Myungsoo pun menghampirinya.
"Waeyo?"
"Ini tetangga baru kita. Oh iya aku juga belum mengetahui namamu."
"Son Naeun imnida. Bangapseumnida" Naeun membungkuk setelah memperkenalkan dirinya. Myungsoo hanya cuek menanggapinya. Naeun sedikit kecewa dengan sikap Myungsoo. Myungsoo pun meninggalkan mereka berdua.
"Aigoo Naeun-ssi. Mianhae... Anakku memang selalu seperti itu. Mianhae jeongmal mianhae..." Nyonya Kim meminta maaf pada Naeun.
"Gwenchanna ahjumma. Kalau begitu aku pamit dulu. Annyeong." Naeun pun berlalu meninggalkan rumah Myungsoo.
Keesokan harinya...
Myungsoo keluar dari rumahnya ia akan berangkat sekolah. Namun sebelum berangkat ia melihat Naeun sedang menyirami tumbuhan mawar kesayangannya.
"Yah! Apa kau tidak akan pergi sekolah? Mengapa kau masih menyirami bunga-bunga itu!" Naeun menoleh ia melihat Myungsoo berada dihadapannya.
"Aku ingin pergi sekolah. Tapi orangtuaku melarangku." Myungsoo mengerutkan dahinya.
"Orangtua macam apa yang tidak membolehkan anaknya sekolah?" kata Myungsoo sinis. Naeun tertunduk. Ia pun masuk ke dalam rumahnya tanpa menatap Myungsoo.
"Yeoja macam apa dia. Sampai tidak sekolah." Myungsoo pun masuk kedalam mobilnya dan melesat menuju sekolahnya.
Di dalam rumah Naeun menatap kepergian Myungsoo dengan tatapan sendu. Air matanya mengalir begitu melihat Myungsoo pergi menuju sekolahnya.
"Jika bukan karena penyakitku. Aku pasti bisa pergi bersamamu." gumam Naeun.
Keesokan harinya...
Karena hari ini hari minggu. Myungsoo pun memutuskan untuk berolahraga pagi. Namun seperti biasa ia menemukan sosok Naeun sedang menyirami tanaman mawar kesayangannya.
"Yah! Apa pekerjaanmu hanya menyirami tanaman itu huh?" Naeun menatap Myungsoo.
"Aku heran denganmu. Orangtuamu begitu ramah dan baik tapi kau... Errghh! Sangat menyebalkan. Rasakan ini." Naeun mengarahkan selang airnya pada Myungsoo membuat baju Myungsoo basah.
"Yah! Kau!" Naeun hanya menjulurkan lidahnya. Myungsoo pun masuk ke pekarangan rumah Naeun. Mereka pun bermain air bersama. Hingga akhirnya Myungsoo pun bisa menangkap Naeun
"Kena kau." Myungsoo memeluk Naeun dari belakang membuat Naeun terdiam sesaat. Myungsoo membalikan tubuh Naeun, ia pun mengerutkan dahinya.
"Hidungmu..." Naeun menyentuh hidungnya. Tak lama kemudian ia pun jatuh pingsan. Myungsoo tekejut bukan main. Tanpa pikir panjang ia pun mengangkat tubuh Naeun kedalam rumah Naeun.
"Naeunie..." suara Nyonya Son. "Apa yang terjadi?"
"Dia tiba-tiba pingsan ahjumma."
"Tolong bawa dia ke kamarnya." Myungsoo pun segera membawa Naeun ke kamarnya. Sesampainya disana ia membaringkan Naeun di tempat tidurnya. Myungsoo pun mengambil tissue yang tersedia disana. Ia membersihkan darah yang mengalir di hidung Naeun.
"Gamsahamnida. Mianhae telah merepotkanmu." Myungsoo menoleh dan mendapatkan Nyonya Son masuk ke kamar Naeun.
"Nde. Gwenchana ahjumma." Myungsoo tersenyum. "Mianhae jika aku lancang ahjumma. Tapi mengapa ahjumma melarang Naeun bersekolah? Kemarin dia berkata bahwa orangtuanya melarangnya." Nyonya Son terdiam sejenak.
"Kajja kita mengobrol diluar. Biarkan Naeun beristirahat." Nyonya Son berkata. Myungsoo pun mengikuti Nyonya Son keluar rumah.
Nyonya Son mengajak Myungsoo ke halaman belakang. Disana Myungsoo dapat menemukan banyak sekali tanaman bunga mawar dengan warna yang beragam. Ada yang berwarna merah, putih dan merah muda.
"Kau pasti heran mengapa banyak sekali tanaman mawar disini?" Myungsoo hanya bisa mengangguk. "Oh iya, aku belum mengetahui namamu. Siapa namamu?" tanya Nyonya Son.
"Kim Myungsoo imnida. Kau bisa memanggilku Myungsoo ahjumma"
"Ah nde Myungsoo-ssi." Nyonya Son tersenyum.
"Naeun sangat menyukai bunga mawar. Setiap hari ia selalu menyirami tanaman-tanaman ini..." Myungsoo mengerutkan dahinya. "Naeun mengidap penyakit kanker hati." Myungsoo terkejut mendengarnya.
"Kanker hati?" Nyonya Son menggangguk
"Myungsoo-ssi..."
"Nde ahjumma?"
"Bisakah kau membantuku?" Myungsoo mengerutkan dahinya.
"Apa yang bisa ku bantu ahjumma?"
"Tolong jaga Naeun dan buat dia selalu tersenyum."
Deg...
Myungsoo terkejut mendengarnya
"Mwo?"
"Jebal Myungsoo-ssi... dia terlihat bahagia saat bersamamu Myungsoo-ssi." Nyonya Son memohon pada Myungsoo. Myungsoo yang melihat Nyonya Son seperti itu menjadi tidak tega. Akhirnya ia pun menuruti keinginan Nyonya Son.
Satu Minggu Kemudian....
Myungsoo menuruti kata-kata Nyonya Son untuk menjaga dan membuat Naeun bahagia. Setiap hari sepulang sekolah ia selalu menemani Naeun. Entah itu mengurusi tanaman mawar kesayangannya atau sekedar mengobrol dan bermain. Naeun terlihat sangat bahagia saat bersama Myungsoo. Myungsoo pun menjalani semua itu dengan penuh suka cita.
Kebersamaan Myungsoo dan Naeun membuat Myungsoo merasakan perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ya, perasaan jatuh cinta. Myungsoo yang awalnya selalu menyangkal menyayangi Naeun. Kini menyadari, bahwa ia memang sangat mencintainya.
Naeun juga merasakan hal yang sama. Sebelumnya ia tidak pernah sebahagia ini. Saat bersama Myungsoo ia merasa menjadi seorang yeoja yang sesungguhnya. Bukan seorang yeoja yang sakit karena penyakit mematikan. Namun seorang yeoja yang benar-benar sempurna.
Kini mereka sedang duduk bersama di halaman belakang rumah Naeun. Seperti biasa Myungsoo selalu menemani Naeun memandangi tanaman-tanaman mawar kesukaannya. Naeun terlihat sangat bahagia. Ia tidak seperti orang yang sedang sakit parah.
"Naeun-ah..." Myungsoo membuka pembicaraan.
"NdeMyungsoo-yah?" Myungsoo terlihat gugup. Ia tidak tahu harus memulai darimana
Myungsoo POV
Aigoo... bagaimana aku menjelaskannya. Aku ingin mengungkapkan perasaanku padanya. Tapi ini pertama kalinya dalam hidupku. Seumur hidup aku belum pernah menyatakan perasaan cinta pada seorang yeoja. Bagaimana jika ia menolakku? Mau disimpan dimana wajahku ini? Oh Tuhan... aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa.
"Myungsoo-yah... Gwenchanayo?" tanpa ku sadari sedari tadi aku melambungkan pikiranku. Naeun menyadarkanku dari lamunanku.
"Aniyo... gwenchana Naeun-ah." Ku lihat dia tersenyum. Ya Tuhan... tolong aku. Dia benar-benar sangat cantik jika sedang tersenyum.
"Ehmm Naeun-ah..." aku bertekad untuk mengungkapkan semuanya.
"Nde Myungsoo-yah?" Ayo Kim Myungsoo. Kau harus mengatakannya
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu." Kulihat dia menatapku.
"Mwoya?" Lakukan Kim Myungsoo. Lakukan!
"Sebenarnya..." mengapa aku menjadi sangat gugup
"Sebenarnya?"
"Sebenarnya aku..."
"Nde?"
"Naeun-ah... Saranghae..." ku lihat dia terkejut dengan ucapanku. Ia terdiam sejenak. Aigoo apa dia akan menolakku? Ku harap dia juga merasakan hal yang sama denganku.
"Nado..." aku terbelalak mendengarnya benarkah ini? "Nado Saranghae Myungsoo-yah." Yes!!! Ternyata dia juga merasakan hal yang sama denganku. Aku pun langsung memeluknya erat.
"Gomawo Naeun-ah. Saranghae..."
Myungsoo POV end
Tiga Minggu kemudian...
Kondisi Naeun semakin memburuk. Ia tidak bisa lagi bermain keluar bersama Myungsoo seperti biasanya. Dokter yang merawatnya berkata bahwa Naeun harus istirahat. Belum lagi sisa umurnya hanya 5 minggu lagi. Myungsoo terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka jika penyakit yang Naeu derita sudah sangat parah.
Myungsoo mengintip dari celah pintu kamar Naeun yang terbuka. Ia dapat melihat Naeun menatap kosong kearah jendela. Hatinya begitu sakit menerima kenyataan bahwa ia akan segera kehilangan Naeun untuk selamanya.
Dua minggu kemudian...
Myungsoo dan Naeun sedang berada dihalaman belakang rumah Naeun. Tanaman mawar disana perlahan layu dan ada sebagian yang sudah mati. Naeun menatap bunga-bunga itu dengan tatapan sedih.
"Mungkinkah mereka menghitung sisa umurku?" Naeun berkata
"Mengapa kau berkata seperti itu Naeun-ah?"
"Tanaman mawar yang selalu aku rawat perlahan mulai layu dan mati. Dulu ada 9 tanaman mawar disini. 3 mawar putih, 3 mawar merah dan 3 mawar merah muda. Tapi sekarang... hanya tersisa 3 tanaman mawar yang berbeda." Naeun mulai terisak. Myungsoo meraihnya kedalam pelukannya.
"Aku akan menanamnya untukmu." Naeun tertegun mendengarnya.
"Jeongmal?" Myungsoo mengangguk.
"Aku akan memenuhi taman ini dengan bunga mawar seperti yang kau inginkan." Naeun tersenyum mendengarnya.
"Gomawo chagiya..."
Hari Sabtu, minggu pertama dibulan Februari
Seperti perkataannya dulu Myungsoo pun memenuhi kembali taman bunga Naeun dengan tanaman mawar. Naeun terlihat sangat bahagia. Namun tanaman mawar sebelumnya sudah layu dan mati. Tanaman mawar berwarna merah muda miliknya kini sudah mati seiring berkurangnya umur Naeun.
Naeun hanya bisa meratapi sisa hidupnya. Ia tidak ingin meninggalkan semua yang ia sayangi. Tanaman mawar kesukaannya, keluarganya dan yang pasti Myungsoo. Ia sedih melihat Myungsoo yang masih setia berada disampingnya meski fisiknya sudah sangat lemah.
Hari Sabtu, minggu kedua di bulan Februari.
Tanaman mawar yang Myungsoo tanam kini mulai tumbuh dan berbunga. Namun tanaman mawar merah yang Naeun miliki sebelumnya kini layu dan mati. Naeun semakin sedih mengingat sisa hidupnya. Dan sekarang fisiknya sudah sangat lemah. Dia tidak boleh pergi keluar. Minggu lalu pun Naeun pingsan karena terlalu asyik menyirami tanaman mawar kesayangannya.
Kini Myungsoo berada di kamar Naeun menemaninya. Naeun terlihat sangat pucat. Myungsoo yang melihatnya tak kuasa. Ia belum siap untuk kehilangan Naeun. Myungsoo menggenggam tangan Naeun. Naeun tersenyum menatap Myungsoo.
"Myungsoo-yah..." kata Naeun parau
"Nde Naeun-ah?" Myungsoo mengusap kepala Naeun lembut
"Tolong kabulkan permintaanku..."
"Apa yang kau inginkan Naeun-ah?"
"Aku ingin kau merawat semua tanaman mawar yang telah kau tanam di taman bungaku..." Myungsoo mengangguk
"Aku akan merawatnya. Aku akan merawat mereka dengan baik." Naeun tersenyum mendengarnya.
"Dan satu hal lagi..." Myungsoo mengerutkan keningnya. " Tolong jaga mawar putih terakhirku. Aku tidak ingin dia mati disaat aku pergi." Myungsoo tersenyum pahit. Ia pun hanya mengangguk.
"Gomawo chagiya..." Myungsoo mencium kening Naeun dengan penuh kasih sayang
"Nde Cheonma."
Hari Jum'at minggu ketiga bulan Februari
Ini adalah hari terakhir usia Naeun menurut perkiraan dokter. Naeun ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Myungsoo. Karena ia sangat menyukai mawar Naeun ingin menghabiskan waktunya bersama tanaman mawar kesayangannya. Dan ia ingin melihat tanaman mawar putih terakhir miliknya. Sore ini ia melihat tanaman itu masih segar dan tidak layu. Naeun tersenyum melihatnya.
"Gomawo Myungsoo-yah..." Naeun langsung memeluk Myungsoo. Myungsoo membalas pelukan Naeun.
"Cheonma Naeun-ah..."
"Myungsoo-yah..." Myungsoo terdiam "Jika seandainya Tuhan memanggilku besok. Aku ingin kau memetik bunga mawar putih ini dan menyimpannya di atas nisanku." Myungsoo tersenyum pahit. Ia hanya mengangguk tak berkata sedikit pun.
Naeun mendekat kearahnya. Ia menyejajarkan posisinya agar berhadapan dengan Myungsoo. Myungsoo menatapnya heran. Naeun semakin mendekat kearahnya. Ia berjinjit dan...
Chu~
Ia mencium bibir Myungsoo sekilas. Karena tubuh Myungsoo yang tinggi. Naeun hanya bisa menciumnya sekilas.
"Hadiah terakhir dariku." Naeun tersenyum. Tak lama kemudian Myungsoo langsung mencium bibir Naeun. Naeun terbelalak karena Myungsoo menciumnya secara tiba-tiba. Myungsoo mencium Naeun dengan lembut. Naeun menikmati ciuman Myungsoo.
Beberapa menit kemudian Myungsoo melepaskan ciumannya. Naeun melihat ada darah dibibir atas Myungsoo. Naeun menyentuh hidungnya dan ternyata ia mimisan. Tak lama kemudian Naeun jatuh pingsan. Myungsoo terkejut dan tanpa fikir panjang ia pun membawa Naeun pergi ke rumah sakit.
Myungsoo POV
Naeun-ah... kajima... aku belum siap untuk kehilanganmu. Bertahanlah untukku Naeun-ah... sungguh aku belum siap untuk kehilangannya. Ya Tuhan tolong selamatkan dia. Aku mencintainya, sangat-sangat mencintainya. Aku menunggunya didepan ruang emergancy. Karena lelah aku pun tertidur.
Tempat apa ini? Aku kini berada di sebuah padang rumput yang hijau. mengapa aku ada disini? aku melihat sesosok yeoja membelakangiku. Apakah itu Naeun? Firasatku mengatakan bahwa itu adalah Naeun. Aku berjalan menuju ke arahnya. Saat aku sudah sangat dekat. Dia membalikkan badannya. Aku terkejut melihat sosoknya.
"Naeun-ah..." itulah kata yang bisa terucap dari mulutku. Dia tersenyum menatapku. Dia mendekat kearahku. Aku melihat ada yang berbeda darinya. Wajahnya terlihat pucat. Aku menggenggam tangannya. Dan tangannya pun terasa dingin. Apa aku sudah mati?
"Myungsoo-ya..." dia menatapku.
"Nde Naeun-ah?" dia menyentuh pipiku. Ku lihat matanya berkaca-kaca.
"Mianhae Myungsoo-ya..." dia meneteskan air matanya. "Aku tak bisa bersamamu lagi." air matanya kembali menetes.
"Hajima... Aku mencintaimu Naeun-ah. Aku tak bisa melepaskanmu secepat itu." aku menyentuh pipinya. Entah mengapa ini sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan.
"Mianhae Myungsoo-ya..." dia membelai pipiku. "Saranghae..." bayangannya tiba-tiba menghilang.
"Naeun-ah!! Neo eodiga? Naeun-ah!! Naeun-ah!!!"
Myungsoo POV end
Author POV
"Naeun-ah!!" Myungsoo terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya.
"Ternyata hanya mimpi..." Myungsoo mengusap keringatnya. "Itu adalah mimpi yang paling menakutkan." Myungsoo bergumam. Tak lama kemudian dokter pun keluar dari ruang emergency. Myungsoo langsung menghampiri dokter.
"Dokter, apa Naeun baik-baik saja?" Dokter terdiam sejenak.
"Kau keluarganya?"
"Ani. Aku namjachingunya. dia baik-baik saja kan dok?" dokter kembali terdiam, membuat Myungsoo semakin penasaran. Dokter pun menggeleng.
"Joesonghamnida... Nyawa Naeun... Tidak dapat diselamatkan."
Deg...
Jantung Myungsoo serasa berhenti. Ia tidak menyangka akan kehilangan Naeun secepat ini. Myungsoo terduduk lemas menerima kenyataan ini. Ia mulai menangis, ia belum siap kehilangan Naeun. Namun Tuhan berkata lain. Naeun telah pergi meninggalkannya selamanya.
"Naeun-ah... Wae? Mengapa kau meninggalkanku secepat ini." Myungsoo terisak. Air mata turun dari kedua matanya.
Satu Minggu Kemudian...
Myungsoo berjalan di sebuah kompleks pemakaman. Ia mengenakan pakaian serba hitam. Hatinya masih sedih mengingat Naeun yang pergi meninggalkannya untuk selamanya. Dengan seikat bunga mawar putih ditangannya. Ia berjalan menuju tempat peristirahatan terakhir Naeun.
Sesampainya disana ia meletakan buket bunga mawar putih itu. Sesuai pesan terakhirnya ia memetik bunga itu dari taman bunga milik Naeun. Myungsoo terduduk dan menyentuh nisan itu. Air matanya kembali mengalir. Lalu ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dari balik jasnya. Ia membuka amplop itu dan menemukan sebuah surat yang sedikit ternoda oleh darah. Ia pun membaca surat itu.
Dear My Beloved Kim Myungsoo
Annyeong hasseyo. :) bagaimana kabarmu? Baik-baik saja bukan? Aku harap kau selalu dalam keadaan sehat. Jika kau membaca surat ini. Berarti aku sudah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Mianhae jika suratku ini ternoda oleh darahku. Mianhae...
Myungsoo-ya... Mengenalmu adalah hal teindah dalam hidupku. Aku teringat saat kita pertama kali bertemu. Kau begitu acuh padaku. Saat itu aku sedikit kecewa. Maka dari itu aku segera pamit meninggalkan rumahmu. Keesokan harinya aku melihatmu berangkat ke sekolah. Jika bukan karena penyakit ini. Aku mungkin bisa berangkat ke sekolah bersamamu. Saat itu aku menangis melihatmu pergi.
Pada hari minggu, kau pergi keluar untuk berolahraga. Kau tampak begitu kesal melihatku yang setiap hari menyirami bunga-bunga mawar yang ada dipekarangan rumahku. Saat itu aku menyirammu dengan air. Kau marah dan mengejarku. Sungguh itu adalah pertama kalinya aku berlarian bebas, aku merasa sangat bahagia. Namun sayang, aku jatuh pingsan saat kau berhasil menangkapku.
Seminggu kemudian. Aku bisa mengenal semua sifatmu. Dan aku yakin kau pasti sudah mengetahui penyakitku dari eommaku. Aku sempat berfikir kau akan menjauhiku karena penyakitku. Tapi aku senang kau tidak meninggalkanku saat itu. Kau selalu menemaniku dan membuatku kembali tersenyum. Gomawo...
Tiga minggu kemudian aku semakin bisa mengenalmu. Dan pada saat itu aku merasakan getaran aneh dihatiku. Aku tidak tahu perasaan apa itu. Tapi setelah itu aku menyadarinya. Bahwa aku merasakan perasaan cinta. Ya, aku sadar aku telah jatuh cinta padamu. Dan pada hari itu, kau mengungkapkan perasaanmu. Sungguh aku sangat bahagia, ternyata kau memiliki perasaan yang sama denganku. Pada hari itu aku resmi menjadi yeojachingumu. Gomawo Kim Myungsoo.
Dua minggu kemudian kondisiku semakin memburuk. Aku tidak bisa merawat bunga mawarku. Aku hanya bisa terbaring di tempat tidurku. Saat itu aku merasa sangat putus asa. Namun kau selalu disampingku dan menemaniku. Aku kembali bersemangat untuk menjalani hidupku.
Selama tiga minggu semua tanaman mawarku mati. Aku sangat sedih melihatnya. Namun kau mengganti semua tanaman mawar itu. Tamanan mawar milikku yang masih hidup hanyalah mawar putih. Aku berharap kau akan meletakan bunga mawar itu diatas nisanku nanti.
Gomawo Kim Myungsoo. Telah mencintai dan menyayangiku sepenuh hatimu. Walaupun aku memiliki sebuah penyakit yang mematikan. Kau selalu menemaniku dan menerimaku apa adanya. Itu adalah sembilan minggu terindah dalam hidupku. Mianhae... aku harus pergi meninggalkanmu. Tapi percayalah, aku selalu mencintaimu. Selamanya aku akan tetap mencintaimu. Meski kini kita berada di dunia yang berbeda. Aku tetap mencintaimu.
Saranghae... Kim Myungsoo...
Yang mencintaimu
Son Naeun
Myungsoo meneteskan air matanya. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia meletakan surat itu didadanya. Ia begitu sangat terpukul. Hatinya sakit karena kini ia tak bisa bersama Naeun lagi. Ia menangis di samping pemakaman Naeun. Ia mendongkak dan menemukan sosok Naeun yang mengenakan pakaian serba putih.
"Naeun-ah..." Naeun tersenyum melihatnya. Myungsoo bangkit dan menatapnya tak percaya.
"Gomawo untuk semuanya Myungsoo-yah... Mianhae... Aku harus pergi meninggalkanmu. Saranghae..." seketika bayangan Naeun pun menghilang. Myungsoo kembali menangis. Namun setelah itu ia berkata
"Naeun-ah... Sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu. Tunggu aku... Naeun-ah..."
FIN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar